Mahasiswa asing asal Palestina di Universitas Lampung (Unila), Mohammad Zyad Alshurafa lolos magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Perusahaan Education Technology SEVIMA, Surabaya. Di perusahaan ini, Mohammad mendapat tugas mengerjakan fitur tanda tangan elektronik di sistem akademik berbasis awan (siakadcloud).
“Dengan fitur yang saya buat selama magang nantinya mahasiswa tidak perlu sulit-sulit lagi mencari dosen untuk izin. Dosen juga tidak kesulitan mencari mahasiswa hanya untuk tanda tangan surat. Semua bisa dilakukan secara elektronik dan digital,” ujar mahasiswa semester enam jurusan Ilmu Komputer FMIPA Unila ini saat penyambutan mahasiswa magang Unila, Rabu (9/2/2022), di Gedung SEVIMA Surabaya.
Dia berharap, kemampuan membuat teknologi digital tersebut berguna dalam meningkatkan kariernya kelak. Sebab, dia ingin setelah lulus kuliah, bisa berkontribusi bagi kemajuan pendidikan di Palestina dan Indonesia.
Mohammad mendapat beasiswa kuliah di Unila pada awal 2019 bersama empat mahasiswa asal Palestina lainnya melalui program kerja sama Unila-Palestina. Mohammad yang saat itu sedang kuliah semester dua di Gaza melihat selebaran pengumuman beasiswa Unila yang ditempel di mading kampusnya.
Dia memilih beasiswa kuliah gratis di Unila karena suasana pendidikan yang lebih kondusif dan unggul dibanding Gaza. Setahun menempuh kuliah di Unila, pada Mei 2021, terjadi agresi militer di Jalur Gaza yang meluluhlantakkan bangunan masjid, gedung sekolah, rumah sakit, hingga rumah-rumah penduduk termasuk rumah orang tuanya. Semua keluarganya mengalami luka-luka dan dirawat di rumah sakit.
“Peristiwa ini saya ketahui bukan dari kabar mereka langsung, tapi dari media, saya lihat rumah saya hancur dan fotonya ditampilkan di media online. Kondisi ini sempat membuat saya sulit untuk fokus belajar,” ujar Mohammad.
Mohammad sempat gamang antara melanjutkan studi atau kembali ke Gaza. Setelah akses komunikasi membaik di Gaza, dia menghubungi orang tuanya menawarkan diri meninggalkan studi di Unila dan kembali ke Gaza membantu keluarga. Namun, kedua orang tuanya tidak setuju dengan keputusannya.
“Orang tua berharap saya bisa memperoleh pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik di Indonesia. Itulah kenapa saya terus bersemangat untuk belajar ilmu komputer. Termasuk hari ini merantau ke Surabaya untuk mulai magang di SEVIMA,” tuturnya.
Dia memegang teguh nasihat kedua orang tuanya untuk menjadi manusia mandiri dan menguasai ilmu pengetahuan. Sebab, dia sadar amanah berat ada di pundaknya untuk lulus menjadi seorang sarjana dan berkarier di tempat yang lebih baik.
Banyak tantangan yang sudah dilalui Mohammad, termasuk belajar Bahasa Indonesia dengan cepat agar dapat mengikuti materi kuliah dengan lebih baik. Dia membuktikan kemampuannya dengan meraih nilai A untuk semua mata kuliah eksakta dan meraih IPK 3,8.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja sama dan TIK Unila Prof. Suharso mengatakan, kehadiran Mohammad di Unila bermula dari kerja sama Unila dan Palestina. Unila kemudian mendanai lima mahasiswa asal Palestina untuk kuliah secara gratis di kampus hijau Unila.
“Kita carikan dana untuk beasiswa, juga mendukung Mohammad dan kawan-kawannya untuk berjuang melanjutkan studi. Harapan kami, apa yang didapat Mohammad di Unila dan Indonesia dapat mempromosikan persahabatan antarbangsa sekaligus membantu Palestina yang sedang dalam kesulitan,” ungkap Suharso. ()