Suasana di depan Kantor Rektorat Universitas Lampung (Unila) hijau dan asri. Beberapa tanaman anggrek spesies alam yang ditanam di pohon-pohon besar depan kantor rektorat mulai berbunga. Nuansa ini serasi dengan mobil listrik golf hijau toska yang dipamerkan di halaman depan kantor rektorat.
Hari ini, Kamis (13//1/2022), Rektor Unila Prof. Dr. Karomani, M.Si., meluncurkan mobil listrik Unila atau Electric Vehicle Unila 1 (EVU 01), karya dosen dan mahasiswa Unila. Kegiatan dihadiri para wakil rektor, senat, para dekan, serta dosen, dan mahasiswa perancang EVU 01.
Dalam sambutannya, Karomani memberi apresiasi yang tinggi kepada tim mobil listrik Unila yang diketuai Martinus, S.T., M.Sc. Mobil dengan kapasitas empat penumpang ini memiliki bodi dari bahan serat alam (eco-composit) berupa rami dan daun bambu sehingga lebih ramah lingkungan.
“Saya mengucapkan selamat kepada Pak Martinus. Jujur, saya sempat tidak percaya ini bisa dilaksanakan. Takut gagal. Setelah saya lihat, sudah dicoba juga dan Anda jelaskan, saya jadi percaya dengan Anda,” ujar Karomani berkelakar yang disambut tawa dan tepuk tangan dari audiensi.
Karomani mengatakan, pengembangan mobil listrik merupakan komitmen Unila dalam mengurangi pemanasan global di dunia. Inovasi mobil listrik ini semakin mengukuhkan Unila sebagai 15 besar Kampus Berkelanjutan Terbaik Indonesia yang disematkan UI GreenMetric World University Rankings pada 14 Desember 2021.
Dari 101 perguruan tinggi pada 80 negara di dunia, Unila dinyatakan memiliki komitmen sebagai kampus yang peduli terhadap kebijakan lingkungan, ekonomi, dan persamaan yang berkelanjutan.
“Ini merupakan upaya Unila untuk menyelamatkan bumi dari pemanasan global yang menjadi salah satu konsen UI GreenMetric. Arahnya ke sana, menyelamatkan dunia,” kata Karomani.
Dia memaparkan, pemanasan global dengan cepat mencairkan es di kutub bumi sehingga air naik ke permukaan. Jika tidak dicegah sejak dini, maka pemanasan global ini dapat merendam seluruh permukaan bumi dan menjadi kiamat bagi kehidupan manusia.
“Sebagai orang beragama, saya percaya bumi akan tetap berakhir. Tapi tugas kita untuk memperlambat pemanasan global ini sehingga kita bisa mewariskan kepada anak cucu alam yang baik dan ramah,” tegas Karomani.
Untuk itu, lanjutnya, Unila telah menerapkan berbagai kebijakan serta program lingkungan dan sosial secara berkelanjutan. Di antaranya melakukan konservasi rusa sambar, pembangunan embung, instalasi sanitasi dan air baku, kebijakan pengurangan penggunaan plastik, koservasi anggrek alam, serta dashboard GreenMetric sebagai salah satu software yang mencatat evidence-evidence unit kerja yang mendukung sustainability di Unila. Dashboard ini sekaligus menjadi penilaian kinerja unit dalam mendukung kegiatan dan program GreenMetric.
Bahkan, ke depan, secara bertahap, Unila akan membangun fasilitas penunjang untuk kendaraan berbahan bakar nonfosil seperti stasiun pengisian mobil atau motor listrik, halte dan lainnya. Selanjutnya akan diterapkan kebijakan hanya kendaraan berbahan nonfosil yang bisa masuk ke Unila sehingga lingkungan kampus terjaga.
“Jadi, saya ingin nanti ada sepeda untuk siapa saja yang ingin keliling kampus Unila. Dan mobil-mobilnya berbahan bakar nonfosil agar semua lingkungan kampus benar-benar ramah dan nyaman. Tentunya ini tidak bisa sekaligus, bertahap,” ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Unila Prof. Dr. dr. Asep Sukohar, S.Ked., M.Kes., yang juga penanggung jawab GreenMetric Unila menambahkan, ada tiga indikator yang menjadi dasar penilaian Kampus Berkelanjutan UI GreenMetric yakni environment, economic, dan equity. Dengan bobot penilaian meliputi keadaan dan infrastruktur kampus, energi dan perubahan iklim, pengelolaan sampah, penggunaan air, transportasi, dan pendidikan.
“Selain pengembangan infrastruktur berupa pembangunan gedung kuliah dan laboratorium, Universitas Lampung turut memperhatikan lingkungan dengan membangun kampus hijau ramah lingkungan,” kata Asep.
Beberapa upaya yang dilakukan Unila untuk menciptakan kampus hijau ramah lingkungan di antaranya membangun fasilitas pengelolaan sampah terpadu, penanaman 10.000 bibit pohon, serta program plasticless dan paperless sebagai upaya management sustainable menuju smart campus.
“Unila juga berupaya memperluas kawasan terbuka hijau berupa pembuatan taman, pengembangan energi dari kotoran sapi, pengelolaan air baku, pengembangan mobil listrik, serta pembangunan kampus dengan konsep green and smart building,” kata Ketua IDI Wilayah Lampung ini.
Termasuk pembangunan Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) dan Integrated Research Center (IRC)/Pusat Riset Unila dirancang antigempa dan menerapkan konsep green building, serta berbasis teknologi informasi.
Asep berharap, berbagai kebijakan kampus berkelanjutan ini dapat mendongkrak ranking UI GreenMetric Unila dari 15 besar pada tahun 2021 masuk ke 10 besar pada 2022 ini.
Bodi Mobil dari Rami dan Daun Bambu
KETUA Tim Mobil Listrik Unila Martinus, S.T., M.Sc., membuka jok belakang mobil listrik EVU 01, di sana ditaruh baterai 60 V 45 Ah. Kemudian, dia menunjukkan chassis atau rangka mobil listrik yang dibuat sendiri tim Unila.
“Chassis (rangka mobil) kita buat sendiri, gandar-gandar, engsel depan belakang, gear box-nya dirakit sendiri,” ujar Martinus.
Menurut dia, pembangunan chassis melalui beberapa kali uji coba dan tes berkala untuk mengukur kekuatan struktur dalam menopang bodi mobil, mesin, dan penumpangnya. Mobil seberat 400 kg ini mampu menampung 4 penumpang dengan berat maksimal sekitar 300 kilogram.
“Kita lakukan tes secara berkala, termasuk uji coba struktur apakah cukup kuat untuk ditumpangi empat orang, jadi tidak kita bikin sembarangan, kita sudah lakukan uji coba,” ujarnya.
Dia mengatakan, gagasan dan penelitian tentang mobil listrik telah dilakukan sejak lama yaitu sekitar 2015, bahkan mahasiswa yang terlibat sudah banyak sekali. Namun, perancangan atau perakitan EVU 01 sendiri dilakukan hanya dalam tiga bulan.
Sebagian besar komponen dibuat tim Unila, hanya dua komponen yang dibeli dari luar yaitu motor listrik produk China dan baterai produk lokal buatan Indonesia.
Yang menarik dari mobil listrik Unila, lanjut Martinus, adalah pertama kalinya bodi mobil listrik dibuat dari bahan alam atau komposit alam, tidak ada yang menggunakan fiberglass. Jok mobil juga dibuat dari serat kelapa. Dia meraba bodi mobil yang bercat toska tersebut.
“Ini kalau dilihat dari dekat dan dipegang masih belum rata, nanti kami akan coba menambahkan serat alam lain agar bodinya bisa rata dan sempurna,” kata dia.
Salah satu penelitian lanjutan ke depan adalah menguji kekuatan serat alam yang dipakai pada bodi mobil. Walau serat alam sudah terbukti kuat untuk keamanan, kata Martinus, salah satunya adalah bahan helm dari serat sawit, tapi timnya akan tetap melakukan penelitian uji coba kekuatan bodi mobil dari serat alam ini.
“Untuk helm saja bisa dipercayakan ke serat sawit, masa sih untuk bodi kendaraan tidak bisa?,” katanya.
Martinus mengklaim EVU 01 sudah sangat lengkap sebagai kendaraan yang legal di jalan raya. Dia memaparkan spesifikasi mobil listrik tersebut yaitu memiliki motor listrik 3 KW, torque 70 Nm, gear ratio 1:10 dan 1:20, solar panel 100 Wp, baterai 60 V 45 Ah, top speed 45 kpj, range 100-150 kilometer, berat 400 kilogram, dan bodi eco-composit dari rami dan daun bambu.
“Baterai 60 Volt 45 Ah tersebut, kalau full speed tahan satu jam. Tapi kalau intermittent bisa 2-3 jam. Kita juga menggunakan solar panel untuk lampu mobil, lampu sein, dan lain-lain,” urainya.
“Terima kasih kepada pihak rektorat dan teman-teman dosen, mobil listrik ini akhirnya berhasil diwujudkan, ini adalah bukti bahwa Unila bisa,” tutupnya. ()